Iklan Sponsor

Iklan

Iklan Sponsor

Iklan

terkini

Bill Palmer, Penyebar Film Porno Pertama di Indonesia - Agen CIA?

arung sejarah
, 11:00 WIB Last Updated 2023-08-18T15:57:41Z

ARUNGSEJARAH.COM -  Bill Palmer, Penyebar Film Porno Pertama di Indonesia - Agen CIA?

NAMANYA Bill Palmer. Dia dituding sebagai agen CIA yang bertugas di Indonesia dan merupakan penyalur tunggal film-film Amerika di Indonesia.

Kiprahnya dalam perfilman di Indonesia cukup penting. Bahkan menjadi Kepala AMPAI atau American Motion Picture Association Indonesia).

Selain dituding sebagai agen CIA, dia juga dituding sebagai pengedar film porno pertama di Indonesia yang dianggap sangat meresahkan moralitas bangsa Indonesia, khususnya generasi muda.

Karena itu, rumahnya sering dijadikan sasaran demonstrasi para pemuda dari berbagai golongan. Para pemuda itu menentang peredaran film porno yang diduga diedarkan dari rumahnya.

***

Dinamika politik pasca pemilu 1955, utamanya setelah Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959, semakin memanas.

Salah satunya terkait berbagai upaya untuk menumbangkan Soekarno, salah satunya dengan ditemukannya dokumen tentang rencana pembunuhan Soekarno yang dikenal dengan Dokumen Gilchrist.

Dokumen ini sebenarnya adalah telegram (klasifikasi sangat rahasia) dari Duta Besar Inggris untuk Indonesia di Jakarta, Sir Andrew Gilchrist, kepada Kementerian Luar Negeri Inggris.

Berdasarkan kesaksian Soebandrio dalam bukunya Kesaksianku tentang G30S, menyebutkan bahwa dia adalah orang yang pertama kali menerima Dokumen Gilchrist.

Soebandrio mendapati dokumen tersebut sudah tergeletak di meja kerja dalam keadaan terbuka.

Isi dokumen tersebut berisi laporan Andrew Gilchrist kepada atasannya di Kementerian Luar Negeri Inggris yang mengarah pada dukungan Inggris untuk menggulingkan Presiden Soekarno.

Dalam dokumen tersebut, ada pembicaraan Gilchrist dengan seorang kolega Amerikanya tentang persiapan suatu operasi militer di Indonesia.

Soebandrio menyebutkan salah satu kalimat dalam dokumen tersebut yang mengatakan bahwa rencana operasi militer tersebut cukup dilakukan bersama ’our local army friends.’

Menurut laporan staf Soebandrio, dokumen tersebut dikirim oleh seorang kurir yang mengaku bernama Kahar Muzakar, tanpa identitas lain dan tanpa alamat.

Namun berdasarkan informasi yang diterima Soebandrio, surat tersebut mulanya tersimpan di rumah Bill Palmer.

Bahkan dalam rapat para panglima Angkata Darat seluruh Indonesia di Markas Besar Ganefo Senayang, Jakarta pada tanggal 28 Mei 1965, Presiden Soekarno menyampaikan persoalan tersebut dalam pidatonya berjudul "Imperialisme Mau Menghantam, Kita Harus Siap Siaga."

Soekarno mengatakan bahwa Bill Palmer merupakan agen CIA. Sebelumnya Soekarno menyebutkan bahwa ia tidak percaya hal tersebut, mengingat Palmer adalah orang yang sangat baik.

Namun menurut Soekarno, ketika rumah Palmer digerebek para pemuda, ditemukanlah dokumen tersebut. Dan betul Bill  Palmer merupakan mata-mata.

Lalu siapakah sesungguhnya Bill Palmer?

Bill Palmer merupakan seorang Amerika yang menjadi distributor film-film Amerika di Indonesia.

Bahkan Palmer kemudian menjadi kepala American Moving Picture Association in Indonesia yang disingkat AMPAI di Jakarta, yang mewakili perfilman AS di Indonesia.

Kehadiran AMPAI di Indonesia sejak 1950-an, berdasarkan perjanjian antara pemerintah Indonesia dan MPEAA atau Motion Picture Export Association of America yang berdiri pada 1945.

Berdasarkan liputan Tempo, 29 Juni 1991, menyebutkan bahwa kehadiran MPEAA ini membantu merancang perjanjian internasional mengenai pemasaran, penjualan, penyewaan, pemajakan, maupun penyaluran film Amerika Serikat.

MPEAA melalui AMPAI mengizinkan peredaran film-film produksi anggotanya yakni MGM, United Artists, Universal, Paramount, Warner Brothers, 20th Century Fox, Columbia/Tri Star, Buena Vista/Touchstone, Orion dan Carolco.

Selain film yang diproduksi Amerika Serikat, AMPAI juga mendistribusikan film produksi Inggris berkat negosiasinya dengan studio film terbesar Inggris J. Artur Rank Organisation.

Pada tahun 1950-an sampai 1960-an, AMPAI merajai peredaran film di Indonesia bahkan menguasai bioskop-bioskop.

Film nasional yang mulai bangkit tahun 1950, bahkan tak bisa masuk bioskop-bioskop kelas satu.

Akibatnya, Mantan Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim harus melobi Bill Palmer agar film Indonesia bisa masuk ke bioskop kelas satu. Demikian Tempo menuliskan laporan tentang kondisi ini, pada tanggal 29 Juni 1991.

Kondisi ini, membuat kelompok kiri melakukan perlawanan keras. Lekra atau Lembaga Kebudayaan Rakyat yang berafiliasi dengan PKI bahkan menyerukan aksi boikot terhadap film-film Amerika dan membubarkan AMPAI karena memonopoli film-film Amerika dan Eropa, serta bioskop-bioskop di Indonesia.

Desakan boikot film Amerika ini juga dilakukan sebab film-film Amerika dan Eropa dianggap mengakibatkan terjadinya demoralisasi, khususnya terhadap generasi muda.

Rosihan Anwar dalam bukunya Sebelum Prahara: Pergolakan Politik Indonesia 1961-1965 menuliskan, bahwa pada tanggal 1 April 1965, rumah Bill Palmer di Gunung Mas, Puncak, diambil alih rakyat dan pemuda.

Bahkan sebelumnya, pada tanggal 16 Maret 1965, Gedung AMPAI direbut oleh tidak kurang dari 1.500 pemuda, artis dan pekerja film.

Mereka juga menuntut agar AMPAI dibubarkan dan Bill Parmer diusir atau ditangkap dan diadili sebab dia merupakan seorang agen CIA.

Peristiwa ini juga dimuat dalam Indonesian Herald edisi 17 Maret 1965.

Dalam buku Soebandrio juga menyebutkan bahwa rumah Bill Palmer sering dijadikan bulan-bulanan demonstrasi pemuda dari berbagai golongan.

Selain penguasaan distribusi film dan bioskop, para pemuda itu menentang peredaran film porno yang diduga diedarkan dari rumah Palmer.

Tudingan ini sangat beralasan, sebab Palmer merupakan penguasa tunggal dari peredaran film-film Amerika dan Eropa di Indonesia.

Palmer tak menunggu lama. Pada akhir Maret dia diam-diam meninggalkan Indonesia. Koneksitasnya dengan CIA tidak pernah terbukti.

***

Aksi boikot film-film Amerika Serikat dimanfaatkan oleh Dinas Intelejen Cekoslowakian. Mayor Loudo, perwira senior Departemen D merancang operasi rahasia pada 1964. Dan Palmer menjadi korban.

Ladislav Bittman, mantan wakil kepala Departemen VIII Dinas Intelejen Cekoslowakia yang kemudian menyeberang ke Amerika Serikat pada 1968 mengungkapkan, bahwa sesungguhnya mereka tidak mempunyai bukti nyata dan menyakinkan jika Palmer merupakan agen CIA.

Sangkaan ini didasarkan pada pergaulan Palmer dengan kalangan politik tertinggi di Indonesia dan masyarakat luas, Sumber keuangannya yang tidak pernah kering membuatnya menjadi lambang penjelmaan pengaruh jahat Amerika Serikat di Indonesia.

"Berdasarkan laporan yang tidak pasti dan terpisah-pisah, kami menyusun satu berkas keterangan bahwa Palmer adalah agen CIA yang paling utama di Indonesia.'" kata Bittman dalam The Deception Game, yang diterjemahkan oleh Oejang Soewargana menjadi Permainan Curang: Peranan Intelejen Cekoslowakian dalam Perang Politik Uni Soviet.

Informasi tentang Palmer juga disebarkan kepada tokoh-tokoh politik, organisasi massa dan redaksi surat kabar Indonesia. Di luar negeri, bahan yang menuduh Parmer melakukan kegiatan subversi di Indonesia muncul di harian Ceylon Tribune pada tanggal 12 September 1964.

Berita ini pun dikutip oleh Surat Kabar di Singapura pada tanggal 30 September 1964, yang diterbitkan Barisan Sosialis. Radio Moskow kemudian juga menyiarkan soal Palmer pada 8 Juni 1965.

Pada tanggal 28 Februari 1965, pemerintah Malaysia menuduh Indonesia berkomplot dengan kelompok radikal, seperti Dato Raja Abu Hanifa, Ishak Haji Muhammad dan Dr. Burhanuddin untuk melakukan kudeta.

Bahkan menurut Bittman, kejadian tersebut membuat Palmer menjadi sasaran dari kegagalan Indonesia dalam upaya ganyang Malaysia, sebab Palmer dituduh telah membocorkan kepada pemerintah Malaysia tentang kegiatan bawah tanah Indonesia di Malaysia.

Palmer juga dituduh terlibat dalam kegiatan subversi anti-Soekarno di Jawa dan Sumatera.

Bittman bahkan menyebutkan bahwa dengan bantuan penasihat Uni Soviet, mereka menciptakan bukti-bukti bahwa CIA dan Palmer terlibat dalam usaha untuk membunuh Soekarno, Soebandrio dan Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Ahmad Yani.

Tonton Videonya di Youtube IDWAR ANWAR

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Bill Palmer, Penyebar Film Porno Pertama di Indonesia - Agen CIA?

Terkini

Iklan

Close x