Iklan Sponsor

Iklan

Iklan Sponsor

Iklan

terkini

Ihya Ulumiddin Karya Agung Imam Al Ghazali (Catatan Penerjemah Cetakan V)

arung sejarah
, 07:06 WIB Last Updated 2023-06-15T15:54:58Z
ARUNGSEJARAH.COM - Ihya Ulumiddin Karya Agung Imam Al Ghazali (Catatan Penerjemah Cetakan V), Ihya Ulumiddin Karya Agung Imam Al Ghazali (Catatan Penerjemah Cetakan V)

ARUNGSEJARAH.COM - Ihya Ulumiddin Karya Agung Imam Al Ghazali (Catatan Penerjemah Cetakan V).

 

SESUDAH cetakan ke IV jilid I‘THYA’ -AL-GHAZALI” ini di Surabaya, maka berhubung karena beberapa hal, lalu terhenti penerbitannya sampai jilid III saja pada tahun 1968. Maka banyaklah pertanyaan, mengapa tidak terus diterbitkan sampai jilid VIII sebagaimana yang dijanjikan. Dan banyak harapan dan permintaan dari para pencinta IHYA’ -AL-GHAZALI, supaya diterbitkan terus dan mereka menunggu sambungannya. Yaitu: Jilid IV dan seterusnya sampai jilid VIII.

Kalau yang bertanya itu langsung pada din kami dengan lisan, maka selalu kami menjawab :“Insya Allah, jikalau hayat di kandung badan, akan kami teruskan, bila kesibukan-kesibukan karena tugas kami berkurang, baik selaku rektor IAIN “SUNAN AMPEL" di Surabaya dahulu, sampai tahun 1972 dan sekarang selaku rektor IAIN “WALISONGO” Jawa Tengah di Semarang, sejak 7 Oktober tahun 1972. Dan kalau yang bertanya dengan surat, kami menjawab juga dengan jawaban yang serupa, meskipun kami yakin, bahwa para pencinta IHYA’ -AL-GHAZALI itu tidak merasa puas dengan jawaban kami yang demikian. Kami yakin kepuasan beliau-beliau itu ialah dengan meneruskan penerbitan IHYA’ -AL-GHAZALI sampai seluruhnya.

Dalam pada itu, kami selalu diliputi oleh pertanyaan kepada diri sendiri kapan kiranya kami dapat meneruskan penyalinan IHYA’ -’ULUMIDDIN sampai habis dan kemudian dapat diterbitkan. Dan semua usul dan saran, selalu kami catat dan perhatikan.

Diantaranya ada yang mengusulkan, supaya ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi saw. ditulis dengan huruf Arab. Besar manfa’atnya, diantara lain, karena terjemahan Ihya’ ini dipakai oleh pelajar-pelajar agama yang mempelajari Ihya’ dalam bahasa Arab, dengan meletakkannya disampingnya, untuk mencocokkan terjemahannya dengan yang asli bahasa Arab itu.

Dan supaya dapat pula dibaca dan dihafal ayat dan hadits itu. untuk berda’wah dan lain-lainnya. Dalam pada itu, banyak pula yang menyarankan, agar ayat dan hadits itu ditulis pula dengan huruf Latin, supaya yang tidak dapat membaca huruf Arab, dapat pula membacanya dengan huruf Latin.

Pendek kata, banyak sekali saran dan usul untuk kesempumaan penyalinan Ihya’ dan penerbitannya. Dan ada pula yang memandang Ihya’ dengan isinya yang amat menakjubkan tentang pembinaan akhlaq itu, amat perlu sekarang disebar-luaskan, dalam rangka pembangunan Negara dan Bangsa dan pembangunan manusia seutuhnya.

Maka' sekembalinya kami di Tanah Air, lalu suara Al-Imam Al-Akbar selalu terngiang-ngiang di telinga kami dan wajahnya yang berwibawa dan ikhlas membayang selalu dihadapan kami. Lalu akhimya kami memutuskan, akan meneruskan amal ’ibadah tersebut, menyiapkan terjemahannya seluruhnya dan mengusahakan supaya dapat diterbitkan dengan segera. Dan meninjau kembali seluruh terjemahan yang lalu. Kami sudah menyediakan sarana-sarananya, seperti Syarah Ihya’-Ittihaf dan lain-Iain. Dan kami memutuskan pula untuk mengulangi penerbitannya dari Jilid I dan seterusnya dengan revisi yang mantap, tentang susunan bahasa dan lainnya serta menampung saran-saran dan usul-usul yang kami terima selama
ini, baik mengenui huruf Arabnya, huruf Latinnya dan lain-lain'nya. Sehingga benar-benar lengkap manfa’atnya,baik bagi yang-bertekun mempelajari Ihya’ dari bahasa Arab atau bagi umum para pecinta
Ihya’ seluruhnya.

Benar, ada yang berpendapat, bahwa ada diantara celah-celah isi Ihya’ itu tidak sesuai legi dengan zaman sekarang. Maklum —katanya— bahwa Al-Ghazali mengarang bukunya itu sudah men-
dekati sembilan abad yang lalu. Maka tidak heran, kalau Dr. Zaki Mubarak di Mesir dalam disertasinya “Al-Akhlaq ’Indal Ghazali” tahun 1924 menulis dengan kata-kata yang tajam dan kasar terhadap Al-Imam Al-Ghazali dan Ihya’ mana yang tidak disetujuinya, yang sukar ditelan oleh budi yang halus, terhadap Hujjatul-Islam itu, dari seorang sarjana yang terhormat itu. Untung jugalah baginya, karena pada hari tua dan sebelum meninggal dunia, lalu timbul keinsyafan dan kesadaran, bahwa ia keliru dan terbawa oleh pengaruh masa mudzinya yang menganggap dirinya sudah dapat mengatasi Al-Ghazali yang terkenal keseluruh dunia itu.

Adapun kami yang dia’if ini, amat mengkagumi Al-Ghazali sejak kami mengenal kitabnya pada tahun 1931 M. ketika kami mempelajarinya pada guru kami Al-Ustadz Ajhuri Hamzah Al-Marhum, di Sungayang Batusangkar Sumatera Barat, pada “Al-Jami’ah Al-Islamiy^” di bawah pimpinan Al-Ustadz Guru Besar kami Prof. H. Mahmud Yunus. Waktu itu umur kami baru 17 tahun. Kami lahir pada tahun 1333 H. (1914 M).

Kami mengkagumi Al-Ghazali, terutama dengan Ihya’-nya. Sehingga, selain berusaha menterjemahkannya, juga —alhamdulillaah— kami telah dapat berkunjung ke kampung Al-Ghazali di Tursia (Iran) pada tahun 1969 dan tahun 1970 dan dapat berkunjung ke halaqah (terapat beliau beribadah dan mengajar murid-muridnya) dan mencari makamnya, yang belum diketahui dengan pasti.

Sehubungan dengan pembangunan negara kita dalam segala bidang, bidang fisik materiil dan bidang mental spirituil serta pembangunan manusia Indonesia dan ummat Islam seutuhnya, maka kami sependapat bahwa dengan tuntunan isi Ihya’ yang tinggi dan mendalam tentang akhlaq dan filsafah hidup serta lainnya, dapatlah diterapkan dengan memperhatikan kepada situasi dan kondisi, tempat dan masa serta pengembangan filsafah hidup ummat Islam dan ummat manusia seutuhnya.

Maka dengan hasrat dan niat tersebut, kami mempersembahkan penyalinan Ihya’ -Al-Ghazali ini, dengan revisi dan tambahan penulisan ayat dan hadits dengan huruf Arab dan lainnya, keharibaan para pencinta Ihya’ yang mulia. Semoga diterima dengan segala senang hati.

Walaupun demikian, kami yakin bahwa masih ada kekutangan-kekurangan dan kejanggalan-kejanggalan. Sebab tak ada gading yang tidak retak. Maka kami mengharap teguran dan saran-saran sehingga semakin mendekati kepada kesempumaan yang kita harapkan.

Dan kami menghaturkan banyak terima kasih kepada para pencinta Ihya’ -Al-Ghazali yang mendorong kami untuk meneruskan amal ini, terutama kepada Al-Imam AI-Akbar Syaikh Al-Azhar di Cairo
(Republik Arab Mesir).

Kepada Allah juga, kita memohon taufiq dan hidayah-Nya.

Aamiin!.
Terima kasih!

H. ISMAIL YAKUB

Semarang, 11 Shafar 1396 H - 12 Februari 1976


Download Buku Gratis Disini:

1. Ihya Ulumiddin - Imam Al-Ghazali Jilid 1

2. Ihya Ulumiddin - Imam Al-Ghazali Jilid 2

3. Ihya Ulumiddin - Imam Al-Ghazali Jilid 3

4. Ihya Ulumiddin - Imam Al-Ghazali Jilid 4

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Ihya Ulumiddin Karya Agung Imam Al Ghazali (Catatan Penerjemah Cetakan V)

Terkini

Iklan

Close x