Iklan Sponsor

Iklan

Iklan Sponsor

Iklan

terkini

The Wheels of Commerce Civilization and Capitalism 15th - 18th Century

arung sejarah
, 23:22 WIB Last Updated 2023-06-10T16:06:01Z
ARUNGSEJARAH.COM - Sebuah 'Era Perdagangan' dalam Sejarah Asia Tenggara.

ARUNGSEJARAH.COM - The Wheels of Commerce Civilization and Capitalism 15th - 18th  Century.

 

NAMA lengkapnya Fernand Paul Braudel, lahir 24 Agustus 1902, di Luméville, Prancis dan meninggal 28 November 1985, Haute-Savoie merupakan sejarawan Prancis dan penulis beberapa karya besar. Braudel pun memperkenalkan karya baru tentang konsepsi waktu historis. Sebagai pemimpin sekolah Annales pasca-Perang Dunia II, Braudel menjadi salah satu sejarawan terpenting abad ke-20.

Sejak berusia 20 tahun, Braudel menjadi seorang agrege dalam bidang sejarah. Saat mengajar pada sebuah sekolah menengah di Aljazair dari tahun 1923 hingga 1925, ia menemukan berabagai masalah mengenai Laut Tengah yang kemudian menjadi bidang penelitian utamanya yang paling terkenal, The Mediterranean and Mediterranean World in the Age of Philip II.

Salah satu karya besar lain yang dihasilkannya yakni The Wheels of Commerce, Civilization and Capitalism 15th-18th Century, Vol II. Secara umum, buku ini mengulas perputaran atau konektivitas perdagangan di abad ke-15 hingga 18 dalam kerangka terbangunnya sebuah peradaban dan menguatnya kapitalisme.

Namun dalam tulisan ini, akan menguraikan pokok bahasan bab kedua dari karya Braudel ini, di mana Braudel menyarankan sejumlah model dan keteraturan atau tren dalam roda perdagangan yang terkoneksikan antara satu dengan lainnya, di mana Braudel melihat pasar lokal, toko, pameran dan bursa efek sebagai rangkaian unit dari individu.

Di bab ini, Braudel ingin melihat bagaimana unit-unit ini terkait satu sama lain, bagaimana sirkuit perdagangan menjadi mapan, bagaimana pedagang membangun koneksinya, dan bagaimana koneksi semacam itu, meskipun sepenuhnya melewati banyak area yang masih belum tersentuh oleh perdagangan, datang untuk menciptakan koheren dalam sebuah zona perdagangan. Braudel menyebut zona ini sebagai 'pasar' - istilah yang menurutnya secara intrinsik, ambigu.

Braudel melakukan pendekatan dari dua perspektif yang berbeda. Pertama, berdiri di samping pedagang, dengan mencoba membayangkan aktivitas dan taktiknya sehari-hari dan seorang pedagangan. Kemudian pindah ke area yang secara luas di luar kendali individu (pedagang) dengan mempertimbangkan zona perdagangan ini, baik dalam konteks di dalam dirinya sendiri, maupun pasar dalam arti luas.

Pasar dalam hal ini, apakah itu perkotaan, regional, nasional atau bahkan internasional, pasar-pasar ini adalah kenyataan yang harus diperhitungkan pedagang, konteks tindakannya, akan mendorong atau menahannya. Terlebih lagi, semua ini telah dibentuk selama berabad-abad. Kondisi geografi dan ekonomi pasar yang terus berubah tentu saja terus-menerus akan membentuk kembali dan mengarahkan tindakan individu pedagang.

Dalam bab ini, Braudel memulai tulisannya dengan menyoroti pedagang dan seperti apa perputaran perdagangan sesungguhnya terjadi. Menurutnya, seorang pedagang dapat digambarkan; lebih banyak berkutat dan duduk sendiri di mejanya, membaca korespondensi, memeriksa rekeningnya dan mengikuti peruntungan bisnisnya. Akan tetapi Braudel juga berusaha memahami aturan-aturan yang melingkupi profesi seorang pedagang yakni aturan-aturan yang diketahui melalui pengalaman (Braudel, 139).

Kendati demikian, dalam kontes yang lebih luas, pedagang tidak hanya dilihat sebagai individu semata, namun sesungguhnya seorang pedagang berada dalam sebuah sirkulasi perdagangan yang jauh lebih luas. Sirkulasi ini bukan hanya melibatkan beberapa pedagang dalam sebuah pasar lokal, namun melibatkan sebuah perdagangan nasional dan internasional. Sirkulasi perdagangan ini melibatkan berbagai negara dengan berbagai kepentingan masing-masing yang bahkan di dalamnya menimbulkan banyak pertikaian dan peperangan.

Dalam konteks ini, Brudel misalnya mencontohkan seperti apa pertukaran perdagangan yang menurut definisi berarti timbal balik. Misalnya, setiap perjalanan dari A ke B harus diimbangi dengan perjalanan pulang -betapapun rumit dan memutar dari B ke A. Perjalanan pulang pergi, setelah selesai, membentuk sebuah sirkuit. Sirkuit dagang seperti sirkuit listrik: sirkuit ini hanya berfungsi jika sambungan tidak terputus. Seperti nyanyian Reims pada zaman Louis XIV dengan singkat mengatakannya: 'Penjualan mengatur pengejaran.' Yang dimaksudkan tentu saja bahwa itu dilakukan, atau seharusnya dilakukan, dengan untung (Braudel, 140).

Sirkulasi perdagangan ini memang sangat penting dilihat dalam konteks terbangunnya sebuah peradaban dan makin berjayanya sistem kapitalismen. Braudel melihat sistem perdagangan dalam konteks yang lebih luas ini sebagai sebuah mekanisme yang telah terbangun beberapa abad sebelumnya.

Jaringan perdagangan ini telah mengelilingi dunia. Di setiap halte atau persimpangan jalan tentu dapat diasumsikan bahwa terdapat seorang pedagang, baik menetap atau sedang melintas. Dengan demikian, peran yang dimainkan tentunya ditentukan oleh posisinya di peta dan kepentingannya, kendati kepentingan tersebut terkadang berubah dalam perjalanan panjang yang ditempuh.

Braudel mencontohkan, jika seseorang adalah pedagang grosir, katakanlah, di Marseilles, dia akan memiliki pilihan dari tiga atau empat kemungkinan lokal pilihan yang biasanya ditentukan oleh keadaan saat itu. Jika pedagang grosir, sebelum abad kesembilan belas, selalu berurusan dengan beberapa komoditas, sebab mempertaruhkan segalanya pada satu komoditas saja tidak akan memberinya standar hidup yang diinginkan (Braudel, 149).

Dalam sistem perdagangan, seseorang harus memiliki agen dan memberikan kepercayaan pada agennya, dan agen harus mentaati instruksi yang diberikan. Pentingnya hubungan kepercayaan ini, Braudel menceritakan sebuah kisah, pada tahun 1564, saudagar Simon Ruiz memiliki seorang agen di Seville bernama Geronimode Valladolid, seorang pemuda, dan mungkin seorang Kastilia seperti dirinya? Suatu hari, Simon Ruiz kehilangan kesabaran dengan agennya dan menuduhnya (benar atau salah), melakukan beberapa kesalahan atau malapraktik. Kehadiran agen kedua (yang telah memanfaatkan kesempatan untuk memberi tahu majikannya) tentu saja tidak membantu. Geronim segera menghilang, karena polisi Seville mengejarnya. Tapi tak lama kemudian dia kembali ke Medina del Campo, di mana dia melemparkan dirinya ke kaki majikannya untuk meminta maaf.

Ketika secara kebetulan Braudel membaca beberapa makalah bertanggal dari tahun 1570, Braudel bertemu lagi dengan nama Geronimo de Valladolid. Enam tahun setelah insiden di atas, dia telah menjadi pedagang yang mengkhususkan diri pada kain katun dan wol di Seville. Apakah dia berhasil? Meskipun detail dari cerita kecil ini tidak diketahui, menurut Beraudel, hal ini menyoroti pertanyaan penting tentang keandalan yang diharapkan pedagang, dan yang berhak diharapkan dari agennya, mitra, atau karyawannya. antara tuan dan pelayan, superior dan inferior, yang tampaknya agak 'feodal'. Seorang agen Prancis di awal abad kedelapan belas masih berbicara tentang 'penindasan' dan 'dominasi' dari para majikan yang dengan senang hati dia lepas darinya (Braudel, 150)

Di bagian lain, Braudel juga membahas mengenai solidaritas antara pedagang dalam beberapa hal. Solidaritas dalam konteks ini adalah solidaritas dalam suatu kelas, meskipun hal itu tentu saja tidak mengesampingkan persaingan bisnis antar individu, antar kota, dan antara 'bangsa' sebagaimana sebutan bagi kelompok pedagang nasional.

Braudel mencontohkan, Lyons pada abad ke-16 tidak didominasi oleh 'orang Italia', seperti yang biasa dikatakan, tetapi oleh pedagang koloni Lucchese, Florentine dan Genoa (sebelum masalah I528 yang menyingkirkan mereka), yaitu oleh kelompok-kelompok saingan yang terorganisir, masing-masing hidup sebagai bangsa (Braudel, 153). Braudel juga menggambarkan bagaimana pedagang-pedagang Italia yang minoritas namun memiliki jaringan yang solid dan siap pakai. Pedagang Italia yang tiba dengan tangan kosong di Lyons hanya membutuhkan meja dan selembar kertas untuk mulai bekerja, yang membuat orang Prancis tercengang. Tetapi ini karena dia dapat menemukan di tempat rekan dan informan alaminya, rekan-rekan sebangsanya yang akan menjaminnya dan yang berhubungan dengan semua pusat komersial lain di Eropa (Braudel, 167)

Braudel melihat, jaringan perdagangan yang terbentuk, bukan hanya di tingkat individu namun juga hingga tinggal internasional ini telah melahirkan sebuh sistem perdagangan. Jaringan dan sirkuit perdagangan ini jika digabungkan membentuk sebuah sistem perdagangan; seperti sistem rel kereta api dengan rel, kabel listrik, kereta api, dan personel. Semuanya disusun dengan tujuan untuk bergerak dan mendapatkan keuntungan, kendati tentu saja gerakan itu sendiri bisa menimbulkan masalah.

Dalam konteks perdagangan, ketika barang-barang bepergian, secara alami harganya akan meningkat. Semakin jauh barang tersebut diperdagangkan akan bertambah pula harganya. Inilah yang Braudel sebut 'keuntungan perdagangan'. Misalnya, pada akhir abad ke-16, sepotong kain Spanyol bernilai 320 reis di Portugal, 480 di India. Pada akhir abad ke-17, sekeping kain kasa menghabiskan 3 real di pabrik di Le Mans, 6 real di Spanyol dan 12 real di Amerika.

Jadi di tempat tertentu, barang langka dari jauh mungkin menghabiskan harga yang jauh lebih mahal. Di Jerman pada sekitar tahun 1500, satu pon kunyit (dari Italia atau Spanyol) harganya sama dengan seekor kuda, dan satu pon gula sama dengan tiga babi. Di Panama pada tahun 1519, seekor kuda berharga 24 1/2 peso, seorang budak India 30 peso dan sekantong anggur 100 peso. Di Marseilles pada tahun 1248, 30 meter kain Flanders harganya dua hingga empat kali lipat harga budak Saracen. Bahkan di Roma Kuno, Pliny the Elder melaporkan bahwa produk India seperti lada dan rempah-rempah dijual dengan harga seratus kali lipat dari harga aslinya. Jelaslah bahwa dalam perjalanan semacam ini, keuntungan harus dibuat untuk menggerakkan perdagangan, sehingga bisa dikatakan, harga itu untuk mendorong pedagang agar membayar biaya transportasi.

Logika perdagangannya, harga beli suatu produk harus ditambah biaya pengangkutan dan dulu bisa sangat tinggi. Bradel mencontohkan, biaya pengangkutan untuk enam kiriman kain yang dibeli di pameran Champ agne pada tahun 1318 dan 1319 dan dibawa ke Firenze (termasuk pajak, pengepakan, dan pengeluaran lainnya) masing-masing sebesar: 11,80; 12; 12,53; 15,96; 16,05; 19,21; dan 20,34% dari harga pembelian atau dari harga pokok. Demikian pula dengan harga barang dagangan lainnya yang menjadi komoditas yang laku di pasaran (Braudel, 168).

Dari berbagai fenomena yang diungkap dalam bab ini, Braudel menyimpulkan dengan sebuah pertanyaan, apakah mungkin untuk 'menemukan' pasar di tempat yang tepat? Ini tidak semudah kelihatannya, karena kata 'pasar' sendiri ‘tidak jelas’. Di satu sisi, ini digunakan, dalam arti yang sangat longgar, dari semua jenis pertukaran yang melampaui swasembada, dari semua roda perdagangan, besar dan kecil, yang telah dijelaskan, dari semua kategori yang berkaitan dengan area perdagangan (pasar perkotaan, pasar nasional) atau produk tertentu (pasar gula, logam mulia, rempah-rempah, dan lain-lain). Dalam pengertian ini kata ‘pasar’ setara dengan pertukaran, sirkulasi, distribusi. Di sisi lain, kata 'pasar' sering diterapkan pada bentuk pertukaran yang agak luas, juga dikenal sebagai ekonomi pasar, yaitu sistem. Kesulitannya adalah pertama, bahwa kompleks pasar hanya dapat dipahami jika diganti dalam konteks kehidupan ekonomi dan tidak kurang kehidupan sosial yang berubah selama bertahun-tahun; dan kedua bahwa kompleks ini sendiri terus berkembang dan berubah. ‘Pasar’ tidak pernah memiliki arti atau signifikansi yang sama dari satu menit ke menit berikutnya. Untuk mencoba memahami gagasan ini dalam realitas konkretnya, Braudel bermaksud untuk mendekatinya dengan tiga cara yakni: melalui teori-teori ekonom yang disederhanakan; melalui bukti sejarah dalam arti luas, yaitu dalam jangka panjang; dan melalui pelajaran-pelajaran yang kusut, tetapi mungkin bermanfaat dari dunia saat ini (Braudel, 223).

Perkembangan pasar tentunya tidaklah berakhir pada abad yang lalu, khusunya pada masa-masa zaman kemakmuran. Dalam pandangan beberapa ekonom saat ini, dunia 'bebas' sedang mengalami transformasi tunggal. Potensi produksi yang meningkat, fakta bahwa orang-orang dari negara-negara besar tertentu - tentu saja tidak semua- kini telah berkembang melampaui tahap kesulitan demi kesulitan dan tidak memiliki kesulitan yang serius dalam memastikan subsistensi mereka setiap hari. Pertumbuhan bak jamur dari perusahaan-perusahaan besar, seringkali multinasional, transformasi ini telah menjungkirbalikkan tatanan lama pasar yang sangat kuat, kekuatan pelanggan dan ekonomi pasar.

Hukum pasar tidak lagi berlaku untuk perusahaan besar yang dapat memengaruhi permintaan melalui iklan mereka yang sangat efektif, dan yang dapat menetapkan harga secara sewenang-wenang. Braudel mengutip J. K. Galbraith yang telah menjelaskan dengan sangat jelas apa yang dia sebut sebagai 'sistem industri'. Ekonom Prancis lebih cenderung berbicara tentang 'organisasi'.

Dalam sebuah artikel di Le Monde (29 Maret 1975) Francois Perroux bahkan menyebut 'organisasi, model yang jauh lebih penting daripada pasar'. Dalam buku yang dirujuk, Galbraith berbicara tentang 'dua bagian ekonomi', dunia 'ribuan pemilik kecil dan tradisional', (sistem pasar) dan 'beberapa ratus ... korporasi yang sangat terorganisir' (sistem industri). Lenin bahkan menulis dengan istilah yang sangat mirip tentang koeksistensi dari apa yang disebutnya 'imperialisme' (atau kapitalisme monopoli baru di awal abad ke-20) dan kapitalisme biasa, berdasarkan persaingan, yang menurut penggunaannya (Braudel, 229-230).

Braudel setuju dengan Galbraith dan Lenin mengenai hal ini, dengan perbedaan bahwa perbedaan sektor antara apa yang saya sebut 'ekonomi' (atau ekonomi pasar) dan 'kapitalisme' bagi Braudel tampaknya bukan sesuatu yang baru, melainkan sesuatu yang konstan di Eropa sejak Abad Pertengahan. Ada perbedaan lain juga: Braudel berpendapat bahwa sektor ketiga harus ditambahkan ke model pra-industri yang merupakan lapisan non-ekonomi paling rendah, tanah di mana kapitalisme menyodorkan akarnya, tetapi tidak pernah dapat benar-benar menembusnya. Lapisan paling bawah ini tetap merupakan lapisan yang luar biasa.

Di atasnya, muncul medan yang disukai dari ekonomi pasar, dengan banyak komunikasi horizontal antara pasar yang berbeda: di sini tingkat koordinasi otomatis biasanya menghubungkan penawaran, permintaan, dan harga. Di samping, atau lebih tepatnya di atas lapisan ini, muncul zona anti-pasar, di mana predator besar berkeliaran dan hukum rimba beroperasi. Ini -sekarang seperti di masa lalu, sebelum dan sesudah revolusi industri – dalam pandangan Braudel adalah rumah kapitalisme yang sebenarnya.

Makassar, 9 September 2020

Sumber: Tugas MK Sejarah Maritim Indonesia Magister Sejarah UNHAS. FERNAND BRAUDEL The Wheels of Commerce Civilization and Capitalism 15th - 18th  Century  Vol II (London: Book Club Associaties, 1983, Chapter 2, hlm. 138-230).

Download Buku Gratis Disini: The Wheels of Commerce Civilization and Capitalism 15th - 18th  Century  Vol II

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • The Wheels of Commerce Civilization and Capitalism 15th - 18th Century

Terkini

Iklan

Close x