Iklan Sponsor

Iklan

Iklan Sponsor

Iklan

terkini

Produksi dan Kapitalisme, Mengurai Pemikiran Fernand Braudel

arung sejarah
, 23:30 WIB Last Updated 2023-06-10T16:08:18Z
ARUNGSEJARAH.COM - Produksi dan Kapitalisme, Mengurai Pemikiran Fernand Braudel, idwar anwar, THE Wheels of Commerce, Civilization and Capitalism 15th

ARUNGSEJARAH.COM - Produksi dan Kapitalisme, Mengurai Pemikiran Fernand Braudel.

THE Wheels of Commerce, Civilization and Capitalism 15th-18th Century, Vol II karya Fernand Braudel pada Bab 3 ini akan menguraikan mengenai produksi dan kapitalisme. Ada yang menarik dari penyataan Braudel yang menyebutkan bahwa kapitalisme merupakan kata yang ‘ambigu’ dan ‘kontroversi’ (Braudel, 231).

Karena kata tersebut sangat kontroversial, Braudel mencoba melakukan studi kosakata, dengan menelusuri perkembangan historis dari kata kapital, kapitalis, kapitalisme, tiga istilah yang saling terkait dan memang tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian, dalam kajian Braudel ini dapat membantu menghilangkan beberapa ambiguitas sejak awal. 

Kapitalisme, yang telah diidentifikasikan sebagai ranah investasi dan formasi modal tingkat tinggi, selanjutnya harus dikaitkan dengan kehidupan ekonomi, yang dengannya ia tidak sepenuhnya terkait. Dengan demikian, ada dua zona di mana kapitalisme dapat ditempatkan: bisa dikatakan tanah asalnya, sektor di mana ia benar-benar berada di rumah; dan sektor lain yang dimasukinya secara tidak langsung, memasukkan dirinya ke dalam zona ini tanpa pernah sepenuhnya mendominasinya.

Sampai revolusi industri abad kesembilan belas, ketika kapital pindah ke produksi industri, yang sekarang baru dipromosikan ke peringkat pembuat keuntungan besar, kapitalisme berada dalam lingkup sirkulasi, perdagangan dan pemasaran yang paling nyaman. Bahkan jika terkadang kapitalisme melakukan lebih dari ekspansi sekilas ke ranah yang lain; atau malah jika ia tidak peduli dengan keseluruhan sirkulasi, karena ia hanya mengendalikan, atau berusaha mengendalikan, saluran perdagangan tertentu.

Singkatnya, dalam bab ini Braudel menggambarkan berbagai sektor produksi sebagai wilayah, di mana kapitalisme kadang-kadang berkelana di area-area yang disukai, yang diandaikan kapitalisme seperti benar-benar berada di rumah. Braudel mengandaikan, jika kapitalisme dilempar keluar, ia masuk melalui jendela. Suka atau tidak suka, bahkan di era pra-industri, ada suatu bentuk kegiatan ekonomi yang sangat menggugah kata ini (kapitalisme) dan tidak ada yang lain (Braudel, 231-232).

Apa sesungguhnya kapital, kapitalis dan kapitalisme itu? Pertama-tama, Braudel mengungkapkan pendapat Henri Berr dan Lucien Febvre adalah bahwa kata-kata kunci dari kosakata sejarah sebaiknya hanya digunakan setelah mengajukan sejumlah pertanyaan. Misalnya, berasal dari mana? Bagaimana sampai kepada kita? Apakah mungkin menyesatkan kita?

Untuk itu, Braudel telah mencoba untuk memperhatikan peringatan ini dengan mengajukan tiga kata kapital, kapitalis dan kapitalisme yang pertama kali muncul dalam urutan yang diberikan di sini. Sebuah prosedur yang agak membosankan, menurut Braudel, tapi tidak bisa dihindari. Misalnya, ‘kapital’, kata yang paling tua dari ketiganya, tidak mengambil arti yang seperti sekarang diasosiasikan dengannya (berdasarkan tulisan Richard Jones, Ricardo, Sismondi, Rodbertus dan yang terpenting dari Marx). Bahkan pengeriannya tidak mulai memiliki pengertian seperti sekarang ini, sampai sekitar 1770, berdasarkan karya Turgot, ekonom Prancis terbesar abad kedelapan belas.

Kapital sesungguhnya berasal dari kata Capitale (kata Latin kuno berakar pada kata caput = kepala) muncul pada abad kedua belas hingga abad ketiga belas dalam arti dana, stok barang dagangan, jumlah uang, atau uang yang membawa bunga. Kapital pada awalnya tidak didefinisikan dengan ketat, karena diskusi pada waktu itu berpusat terutama pada bunga dan riba (di mana para skolastik, moralis dan ahli hukum akhirnya membuka pintu dengan hati nurani yang baik, karena (kata mereka) terkait tentang risiko yang dijalankan oleh pemberi pinjaman). Italia, sebagai pelopor modernitas dalam hal ini, berada di pusat diskusi semacam itu. Di sinilah kata itu pertama kali diciptakan, dikenali, dan sampai batas tertentu terus berkembang. Kata ini muncul secara pada 1211 dan ditemukan pada 1283 dalam pengertian ‘aset modal sebuah perusahaan perdagangan’ (Braudel, 232-233).

Dalam diskursus kajian tentang kapital dan kapitalisme, terkadang memang menimbulkan kekeliruan tentang pengertian dari kapital dan kapitalisme tersebut. Kekeliruan kecil saja dalam menafsirkan makna kapital dan corak produksi dari kapitalisme berarti akan menyebabkan kekeliruan fatal dalam hasil akhir kajian. Kapital secara umum dimaknai sebagai modal, atau secara khusus didefinisikan sebagai nilai yang ditingkatkan oleh nilai lebih. Ini berarti ‘kapital’ tidak bisa dilekatkan sebagai bentuk atau cara produksi kapitalisme. Sebab ‘kapital’ jauh lebih tua dibandingkan dengan modus produksi kapitalis. Dalam modus produksi di jaman perbudakan dan feodalisme telah terdapat kapital. Hal itu nampak ketika para budak meningkatkan nilai dari suatu barang menjadi lebih tinggi nilainya untuk dinikmati para pemilik budak atau ketika para tuan tanah memaksa para penyakap tanah merubah nilai komoditas pertanian menjadi lebih tinggi nilainya.

Adapun kata kapitalis, menurut Braudel kemungkinan berasal dari pertengahan abad ketujuh belas. Hollandische Mercurius menggunakannya sekali pada 1633, dan sekali lagi pada 1654. Pada 1699, sebuah nota Prancis mencatat bahwa pajak baru yang dipungut oleh Serikat Jenderal Provinsi yang membedakan antara 'kapitalis', yang akan membayar 3 florin, dan orang lain yang akan membayar bayar 30 sols.

Jadi kata itu telah digunakan untuk beberapa waktu sebelum Jean-Jacques Rousseau menulis kepada salah satu temannya pada 1759: 'Saya bukan tuan yang hebat atau kapitalis; Saya miskin dan bahagia.' Tetapi kata itu hanya muncul sebagai kata sifat dalam Ensiklopedia. Memang benar, kata benda itu memiliki banyak pengertian. Ada banyak cara untuk menggambarkan orang kaya: orang kaya, jutawan, nouveaux riches, kantong uang, fortunes ‘orang yang beruntung’ (kata yang tidak disukai oleh kaum puritan), dan lain-lain. Pada zaman Ratu Anne di Inggris, The Whig, yang selalu kaya, digambarkan sebagai 'orang yang punya uang'. Dan semua istilah ini sesungguhnya bernada merendahkan: Quesnay pada 1759 berbicara tentang 'pemegang kekayaan uang' yang 'tidak mengenal raja maupun negara'. Morellet berpikir bahwa kaum kapitalis membentuk kelompok atau kategori, hampir satu kelas yang terpisah dalam masyarakat (Braudel, 234-235).

Bagaimana dengan Kapitalisme? Kapitalisme sesungguhnya sebuah kata yang sangat baru, namun yang paling menarik dari tiga kata bagi Braudel. Kata ini juga paling tidak nyata (apakah kata ini akan ada tanpa dua kata lainnya?). bahkan telah dikejar tanpa henti oleh sejarawan dan ahli leksikologi. Menurut Dauzat, yang dikutip Braudel, hal ini dapat ditemukan dalam ensiklopedia tahun 1753, tetapi dengan makna yang sangat khusus: ‘The state of one who is rich’.

Sayangnya, menurut Braudel, pernyataan ini tampaknya tidak akurat; teks yang dikutip tidak bisa dilacak. Dalam 1842, kata tersebut muncul di Enrichissements de la langue francaise karya J.B. Richard. Tetapi mungkin Louis Blanc, dalam polemiknya dengan Bastiat, yang memberinya arti baru ketika pada tahun I850 dia menulis: ‘... Yang saya sebut "kapitalisme" [dan dia menggunakan tanda kutip] yaitu perampasan modal dengan cara mengesampingkan orang lain.’ Tapi kata itu masih jarang diucapkan. Proudhono -kadang-kadang menggunakannya, dengan benar: “Tanah masih merupakan benteng kapitalisme”, tulisnya- dan memang ini adalah salah satu tesis utamanya. Dan dia mendefinisikannya dengan sangat baik: ‘Rezim ekonomi dan sosial di mana modal, sumber pendapatan, umumnya bukan milik mereka yang membuatnya bekerja melalui kerja mereka.’ Enam tahun kemudian, pada tahun 1867, kata itu masih tidak dikenal oleh Marx (Braudel, 237).

Nyatanya, barulah pada awal abad ini perdebatan politik sepenuhnya meledak sebagai lawan alami dari sosialisme. Hal ini menjadi perbincangan di kalangan akademis oleh buku Werner Sombart yang meledak berjudul  Der Moderne Kapitalismus (edisi 1902). Bukan hal yang tidak wajar, kata yang tidak pernah digunakan Marx ini digabungkan ke dalam model Marxis, sedemikian rupa sehingga istilah perbudakan, feodalisme, dan kapitalisme secara umum digunakan untuk merujuk pada tiga tahap utama pembangunan yang didefinisikan oleh pengarang Capital (Braudel, 237).

Lebih lanjut Braudel menguraikan peran tanah dan uang dalam ruang lingkup kapitalisme. Masuknya kapitalisme, atau lebih tepatnya ‘uang kota’ (baik dari bangsawan maupun borjuis) ke pedesaan telah dimulai sangat awal. Tidak ada kota di Eropa yang uangnya tidak tumpah ke negeri tetangga. Dan semakin penting kotanya, semakin luas radius properti milik kota di luar tembok, semakin banyak pula yang mendorong dan berperan dalam siklus ini. Memang, properti diperoleh di luar daerah sekitarnya, terkadang sangat jauh. Misalnya, pada abad keenam belas, para pedagang Genoa membeli perkebunan di kerajaan Napoli yang jauh. Pada abad ke-18 di Prancis, pasar tanah meluas hingga ke perbatasan- perbatasan. Breton Seigneuries dan Lorraine estates dibeli di Paris (Braudel, 249).

Bagaimana dengan kapitalisme dan pra-industri? Kata industri muncul kurang lebih pada abad kedelapan belas dengan beberapa kesulitan pengertia dibanding dari arti lamanya: kerja, aktivitas, ketekunan (untuk memperoleh). Pengertian ini merujuk pada kerajinan tangan dan manufaktur. Ketika akhirnya kata ‘industri’ berjaya di abad kesembilan belas yang cenderung merujuk pada 'industri skala besar' (Braudel, 297).

Dalam kaitan dengan kapitalisme, keberadaan transportasi dan perusahaan kapitalis merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan. Sarana transportasi yang sama tuanya dengan dunia itu sendiri memiliki kecenderungan untuk terus berjalan dengan cara yang sama dari abad ke abad.

Braudel menggambarkan infrastruktur kuno dengan banyak alat transportasi yang tidak spektakuler: perahu dayung, kapal layar, gerobak, tim berkuda, hewan pengangkut, prosesi kuda-kuda (yang membawa tembikar Staffordshire atau bal wol dari provinsi ke London), kereta bagal dengan gaya Sisilia (sebuah kereka kuda dengan jumlah kuda yang banyak) atau 400.000 burlaki, pengangkut yang menarik perahu di sepanjang Volga sekitar tahun 1955 (Braudel, 349).

Braudel juga menceritakan tentang Pellet bersaudara, yang telah ditemuinya, yang memiliki perahu sendiri, tetapi bagi para pedagang Bordeaux ini dengan perdagangan yang berkembang pesat dengan West Indies, ini hanyalah aset sekunder, cara menghemat biaya pengiriman. Memiliki perahu sendiri berarti dapat memilih tanggal berlayar, tiba pada waktu yang tepat dan terkadang bahkan dapat tiba sendiri. Dan tentu saja itu berarti memiliki seorang agen yang dapat melaksanakan berbagai tugas atau menyesuaikannya dengan keadaan setempat di dalam skapel kapal. Itu juga berarti menumpuk semua kartu perdagangan terbaik di tangan seseorang. Transportasi di sini sekali lagi menjadi pertimbangan sekunder, salah satu dari serangkaian operasi yang membentang jauh melampaui itu.

Singkatnya, kapitalisme tidak menginvasi sektor produksi sampai revolusi industri, ketika mesin telah begitu mengubah kondisi produksi sehingga industri telah menjadi sektor yang menghasilkan keuntungan. Kapitalisme kemudian akan sangat dimodifikasi dan terutama diperluas. Namun kapitalisme tidak meninggalkan kebiasaannya berosilasi sesuai dengan keadaan saat itu, selama bertahun-tahun pilihan lain selain industri menjadi terbuka untuknya, di abad kesembilan belas dan kedua puluh (Braudel, 372-373).

Sesungguhnya sebelum mengartikulasikan kapitalisme sebagai sebuah sistem, maka harus dapat membedakannya dengan sistem pendahulunya yaitu feodalisme. Dalam pendekatan materialisme historis, kelahiran kapitalisme tak dapat terlepaskan dari lapuknya feodalisme yang tak mampu menopang dinamika perkembangan peradaban manusia. Kenyataan itulah pada dasarnya yang mendasari terbentuknya kapitalisme.

Pada dasarnya, mengartikan kapitalisme sebagai sistem yang berbasis pada “mengejar keuntungan” atau yang berbasis pada pasar bebas (free trade) tentu tidaklah tepat, sebab dalam modus produksi feodalisme juga terdapat pola mirip. Misalnya, dalam feodalisme para raja dan bangsawan juga mengejar keuntungan sebesar-besarnya, selain itu mekanisme pasar juga digunakan dalam proses pertukaran komoditas dalam formula umum capital yang menguntungkan raja atau para bangsawan

Hal lain bahwa modus produksi kapitalisme dengan formasi sosial perbudakan dan feodalisme berbeda. Dalam kapitalisme tenaga kerja tidak bersifat terikat sebagaimana budak dalam formasi sosial perbudakan yang seluruh hidupnya sangat tergantung dengan pemilik budak. Tenaga kerja juga tidak bersifat terkekang sebagaimana dalam formasi sosial feodalisme.

Dengan terbentuknya kapitalisme inilah, yang kemudian mengondisikan adanya pasar yang bersifat bebas dan membentuk logika mengejar keuntungan sebesar-besarnya, karena dilatarbelakangi sistem kompetisi didalamnya. Pada dasarnya, sistem kapitalisme ini dapat diartikan sebagai sistem produksi yang berbasiskan produksi komoditi dan sistem kerja upahan dengan tujuan menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya. Adapun keberadaan kerja-upahan (wage-labour) merupakan bagian utama dari kapitalisme yang dalam sejarahnya membedakannya dengan modus produksi yang lain.

Makassar, 13 September 2020

----------

Sumber: Idwar Anwar, Tugas MK Sejarah Maritim Indonesia Magister Sejarah UNHAS. FERNAND BRAUDEL The Wheels of Commerce Civilization and Capitalism 15th - 18th  Century  Vol II (London: Book Club Associaties, 1983, Chapter 3, hlm. 231-373).

Download Buku Gratis di SINI.

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Produksi dan Kapitalisme, Mengurai Pemikiran Fernand Braudel

Terkini

Iklan

Close x